Khutbah Pertama:
الحمد لله الذي أصلحَ الضمائرَ، ونقّى السرائرَ، فهدى القلبَ الحائرَ إلى طريقِ أولي البصائرِ، وأشهدُ أَنْ لا إلهَ إلا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، وأشهدُ أن سيِّدَنا ونبينا محمداً عبدُ اللهِ ورسولُه، أنقى العالمينَ سريرةً وأزكاهم سيرةً، (وعلى آله وصحبِه ومَنْ سارَ على هديهِ إلى يومِ الدينِ.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah sidang Jum’at rahimakumullah
Marilah kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah ta’ala.
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dengan senantiasa
mengingat Allah dalam banyak kesempatan.
Jamaah sidang Jum’at
rahimakumullah
Di dalam sebuah hadits
yang shahih diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyebutkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
“Siapa yang memusuhi
wali-Ku maka telah Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada taqarrubnya
seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang
telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku
dengan nawafil (perkara-perkara sunnah diluar yang fardhu) maka Aku akan
mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang
dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat,
tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk
berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta
perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.” (Riwayat Bukhari).
Hadits ini menunjukkan
kecintaan Allah ta’ala kepada hamba-Nya. Lantas bagaimana Allah mencintai
hamba-Nya? Adakalanya, seseorang sering melakukan kemaksiatan, namun rezekinya
lapang. Ia lalu beranggapan bahwa Allah tidak murka kepadanya, Allah tidak
marah kepadanya. Allah masih mencintainya karena Allah masih melapangkan
rezekinya.
Al-Hakim dalam Mustadraknya yang disetujui
oleh Imam Adz-dzahabi akan kesahihannya, menyebutkan bahwa Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة
“Sesungguhnya Allah
ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara
akhirat”.
Orang seperti itu mirip dengan orang kafir yang Allah sebut dalam surat Ar-Rum:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui
yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan)
akhirat adalah lalai.” (Ar-Rum: 7)
Jamaah sidang Jum’at
rahimakumullah
Lantas apa ciri-ciri
orang yang dicintai Allah? Pertama, dia dibimbing oleh Allah. Ketika Allah
mencintai seorang hamba, maka hamba tersebut akan berada dalam tuntunan Allah
Ta’ala. Allah Arahkan dia dalam kebaikan. Allah tidak ridho langkahnya menuju
hal yang dibenci Allah. Allah tidak Ridho matanya melihat apa yang dibenci oleh
Allah. Allah tidak Ridha pendengarannya mendengar apa yang dibenci Allah
ta’ala. Apakah artinya dia maksum?
Dia tidak maksum. Dosa
adalah sebuah keniscayaan, tetapi orang yang dicintai oleh Allah ketika
melakukan perbuatan dosa, dengan tuntunan Allah yang baik, kepadanya diarahkan
kepada kebaikan, maka dia dipercepat. Dia akan dibimbing oleh Allah untuk mudah
sadar dan kembali kepada-Nya dengan bertobat.
Lihatlah Bagaimana Allah
ta’ala menjaga sahabat Ma’iz radiallahu anhu, sahabat yang dia datang kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ia mengatakan, “Ya Rasulullah sucikan
aku!” Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menanyakan kepada para
sahabat apakah sahabat Maiz sudah gila? Para sahabat mengatakan, “Tidak wahai
Rasulullah! Sesungguhnya dia dalam keadaan waras.”
Ma’iz disuruh pulang,
namun hari berikutnya datang kembali kepada Rasulullah seraya mengatakan “Ya
Rasulullah, sucikan aku.” Ia berkata begitu karena telah melakukan perbuatan
zina. Rasulullah masih belum yakin dan memastikan apakah ia berbicara secara
sadar.
Setelah tiga kali datang
dan dipastikan, maka Ma’iz dihukum rajam. Setelah kematiannya, Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
لقد تاب توبة لو قسمت بين أمة لوسعتهم
“Maiz betul-betul telah
bertaubat yang sempurna. Seandainya taubat Maiz dapat dibagi-bagikan di
tengah-tengah ummat niscaya mencukupi buat mereka”.
Jadi, ciri pertama adalah
dibimbing oleh Allah pada kebaikan. Ketika berbuat dosa, ia tidak kebablasan,
tetapi dibimbing untuk sadar dan bertobat kepada-Nya.
Jamaah sidang Jum’at
rahimakumullah
Kemudian ciri yang kedua
dari orang yang dicintai Allah ta’ala adalah Allah Ta’ala akan mengumpulkannya
dengan orang yang mencintai dirinya karena Allah dan dia mencintai mereka
karena Allah Ta’ala
Cinta karena Allah Ta’ala
adalah faktor yang menyebabkan kecintaan Allah kepada seseorang. Oleh karena
itu hati yang dipadu cinta bersama saudaranya karena Allah Ta’ala, akan mudah
melekat. Seiring dengan berjalannya waktu dia akan tetap melekat. berbeda
dengan kecintaan yang dibangun bukan atas dasar Allah ta’ala. Oleh karena itu
dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah
bersabda:
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْمُوَالَاةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Ikatan iman yang paling
kuat adalah loyalitas karena Allah dan antipati karena Allah, serta cinta
karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ath-Thabarani)
Contoh dalam masalah ini
adalah Saad bin Muadz Radiallahu anhu. Ibnu Al Jauzi mengisahkan ketika Saad
bin Muadz sedang menderita sakit, maka beliau menangis karena melihat banyak
temannya yang dekat dengan dirinya tidak menjenguk, sehingga kemudian dia
bertanya kepada pembantunya, “Ada apa dengan teman-temanku ini? kenapa mereka
tidak menjengukku?”
Maka pembantunya diminta
untuk mencari sebabnya. Kemudian diketahui bahwa mereka tidak menjenguk Saad
bin Muadz Karena mereka malu akibat memiliki hutang kepadanya. Maka Saad bin
Muadz mengatakan, “Sungguh dunia telah memisahkan antara diriku dan para
sahabatku yang membangun cinta karena Allah Ta’ala.”
Saat kemudian
memerintahkan pembantunya untuk mengumpulkan kantong sebanyak orang yang
berhutang kepadanya, kemudian kantong itu diisi dinar dan dirham.
Kantong-kantong itu kemudian dibagikan kepada orang yang berhutang kepadanya
dan dia mengatakan semua utang mereka bebas karena Allah Ta’ala.
Jamaah sidang Jum’at
rahimakumullah
Kecintaan karena Allah
Ta’ala tidak akan pudar dan sesungguhnya kecintaan kepada Allah Ta’ala akan
menyebabkan kecintaan dari Allah Azza wa Jalla. Kemudian ciri berikutnya di
antara tanda cinta Allah kepada hamba, yaitu diberi ujian oleh Allah.
Jangan memandang ujian
sebagai hal yang negatif, karena ada di antara ujian yang Allah berikan kepada
hamba-Nya itu baik untuk dirinya. Ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya
merupakan bagian dari cara Allah menunjukkan rasa cintanya.
Oleh karena itu Ibnu
Qayyim menyebutkan sesungguhnya dari sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah
cinta dan cemburu. Allah cemburu jika hambanya sibuk jangan dunia sehingga
fokusnya hanya pada dunia saja, dan lupa kepada Allah ta’ala. Kecemburuan Allah
ini ditunjukkan dengan Allah memberikan ujian kepada-Nya, agar dia tahu ke mana
dia pulang.
Dalam hal ini, para Nabi
adalah orang-orang yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala karena
mereka diberikan banyak ujian oleh Allah ta’ala. Nabi kita Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam telah menyatakan kepada para sahabat bahwa beliau adalah orang
yang paling besar ujiannya di antara mereka.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ